33x, Lagu Pulang Para Perantau
Pulang kampung sangat identik dengan Hari Raya Idul Fitri dimana perantauan dengan segala macam alasannya keluar kampung halaman dan hidup di kota lain. Tidak lengkap rasanya untuk mendengar lagu menemani perjalanan. Ditengah gempuran lagu galau percintaan dan lagu religi yang itu-itu saja, lagu perjalanan hidup memiliki pendengarnya tersendiri. Namun tidak banyak yang spesifik membahas kegundahan perantauan dengan segala yang dikhawatirkan.
Perunggu, Band asal Kota Jakarta, yang terdiri dari tiga orang kantoran menurut saya berhasil membawakan rasa kegundahan itu. Lagu yang berjudul 33x menjadi lagu penutup dari album memorandum, album pertama dari band ini yang berisikan lagu-lagu yang sangat dekat di kehidupan kita ini.
Risiko Pekerjaan Jauh dari Keluarga
Rasa rindu yang tidak mengenakan banyak dirasakan bagi para perantauan terutama yang ditugaskan di area remote. Di tengah menjalani pekerjaan, terkadang ketidakhadiran orang yang dicintai menjadikan kita mempertanyakan keputusan yang telah dipilih seperti lirik “Jikalau kau keluhkan dengung sumbang yang mengganggu, buka lagi visimu, kau tahu mana urutan satu”. Kita diingatkan kembali bahwa kita sebenarnya punya skala prioritas dalam mengambil keputusan dan harus menerima kenyataan bahwa setiap keputusan selalu memiliki kekurangan dan pasti membuat kita lelah. Kita sadar untuk memilih lelah kita sendiri.
Padahal memutuskan untuk mengambil pekerjaan sudah menimbang risiko beserta untung ruginya. Disaat lelah kita diingatkan kembali yang tertuang pada lirik “Kelak kau kan mengingat, yang membawamu kesini, kami pernah disitu di posisimu, helakan kesahmu” seakan ada alumni yang sedang menasihati juniornya bahwa kau akan baik-baik saja, kau hanya lelah dan itu sangat wajar.
Pada fase krisis tersebut kita diminta untuk melamban seperti lirik “Melamban bukanlah hal yang tabu Kadang itu yang kau butuh Bersandar hibahkan bebanmu”, tidak setiap saat kita merasa lelah dibanding mengucapkan “Jangan menyerah, kmau pasti bisa”, Perunggu lebih memilih kata “Tak perlu kau berhenti kurasi, Ini hanya sementara, Bukan ujung dari rencana” kita berada di jalan yang benar, misi belum selesai dan kita di tengah perjalanan. Ibarat maraton kita merasa lelah di kilometer 20. Capek? Pasti. Berada di jalan yang benar? Tentu. Keluar? Belum saatnya.
33x Lagu Religi?
Lagu ini juga bisa disebut lagu religi yang tersirat bahkan mulai dari bait pertamanya “Risalah terikatnya, Batin dan raga yang mengunci, Diatas Sang Maha Daya. Semua kendali terambil alih”, mereka menggunakan Sang Maha Daya untuk menunjukan eksistensi Tuhan yang Maha Mengendalikan dunia ini.
Hal serupa juga terdapat pada lirik “Sebutkanlah namaNya, resapilah jalanNya, kelak kau mengingat, kau akan teringat”. Penggunaan kata Nya memang disengaja untuk merepresentasikan Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal ini ditegaskan oleh Maul, vokalis merangkap gitaris perunggu dalam siniar dengan Soleh Solihun, penggunaan kata Nya memang untuk Tuhan dan 33x berarti zikir. Lirik yang diulang-ulang diakhir juga menyerupai zikir yang diucapkan berulang-ulang untuk mengingatNya.
Kata zikir berasal dari bahasa Arab yang berarti "menyebut" atau "mengingat". Salah satu metode tepat untuk mengingat adalah mengulangi dengan lisan berulang kali. Resep itulah yang dilakukan oleh Perunggu untuk meracik lagu ini. Cara itu juga dilakukan pada penutup untuk meninggalkan kesan dan selalu ingat tentang apa yang disampaikan pada lagu ini. Kita diingatkan bahwa sekeras apapun kita bekerja, jalan kedepan yang penuh kabut adalah kuasa dariNya dan kita manusia memang tidak berdaya akan hal apapun kecuali berusaha sebisa mungkin.
Video Klip
Video klip yang disajikan membantu para penikmatnya menginterpretasikan lagu 33x ini. Secara keseluruhan kualitas yang disuguhkan pada video klip ini sangat baik terutama pada ceritanya. Pada video klipnya, dikisahkan seorang anak laki-laki yang tinggal berdua dengan ayahnya di sebuah rumah yang sederhana. Sang anak sudah dewasa dan bekerja di atas kapal yang menyebabkan ia tidak bisa tinggal satu rumah dengan ayahnya dan pulang ketika mendapat jadwal pulang (mungkin pembaca ada yang mengalaminya?). Sang anak bekerja dengan baik, bergurau sesama rekan kerja, dan menyempatkan diri untuk menikmati waktu sendiri sambil mendoakan ‘semoga ayah baik-baik saja di rumah’.
Diakhir cerita, ayahnya yang sudah tua itu meninggal dunia saat sang anak sedang bertugas. Sebuah mimpi buruk semua perantau. Sang anak pulang ke rumah dan menemui rumah itu kosong tidak berpenghuni. Sebuah mimpi buruk bagi para semua perantau. Diumur produktif kita sibuk mengejar mimpi tetapi sialnya orang tua kita sedang dikejar usia. Hal itu membuat sang anak merasa kompas hidupnya menjadi tak terarah, ‘sebenarnya apa yang kita kejar di dunia ini’.
Simpulan
Menurut saya lagu yang ditulis oleh om-om kantoran ini cukup sukses menggambarkan kelas pekerja yang merantau dan mau tak mau meninggalkan orang terkasih di kampung halaman.
Kekurangan dari lagu ini adalah saya tidak mendapat kesan menarik pada saat pertama kali mendengarnya. Kesan pertama saya justru negatif, saya merasa Perunggu harus menambah personil diposisi vokalis karena suara yang dimiliki vokalisnya jauh dibawah penyanyi-penyanyi yang ada di ajang pencarian bakat. Tetapi saya teringat perkataan Hindia “Nggak ada orang nggak bisa nyanyi men, cari suara lu”. Setelah saya mencoba mendengarkannya berulang-ulang dan baru bisa menikmati dan meresapi lagunya. Kekuatan lagu ini ada di liriknya seperti seorang teman pengingat.
Ada beberapa kata yang tak lazim digunakan membuat pendegar berpikir dua kali seperti penggunaan kata ‘nirfungsi’ dan ‘kurasi’. Bila pendengar kurang memahami artinya agak disayangkan karena isi lagu seharusnya dapat menyentuh hati tetapi buyar karena isinya tidak tersampaikan dengan baik.
Lagu ini cocok diputar menemani mudik Anda. Liriknya bisa mewakili Anda tentang perjuangan Anda bekerja serta mengingat untuk apa Anda pulang. Lagu yang berdurasi tujuh menit ini, cukup panjang durasi untuk sebuah lagu. Untuk itu, lagu ini bisa dijadikan alarm imsak. Bila Anda mendengar lagu ini saat sahur dan masih menyantap makanan, itu tandanya Anda harus segera menyelesaikan makanan Anda dan bersiap solat subuh.
Hikmah yang bisa kita ambil dari 33x adalah jangan lupa telpon orang rumah karena merekalah pendukung setia kamu dan selalu merindukan keberadaanmu. (Jangan mencemooh saya tidak semua keluarga harmonis, itu diluar kontrol saya). Terima kasih Perunggu telah menciptakan lagu yang bisa menjadi teman pengingat sesuai dengan Bulan Ramadan ini sebagai waktu yang tepat untuk mengevaluasi diri. Semoga kita tidak lelah untuk terus berenang lanjutlah mendaki.
Comments
Post a Comment